nah.......ini posting baru buat teman-teman yang lagi butuh refrensi tentang membaca,,,saya sediakan beberapa pengertian membaca yang saya unduh dari link2 temen yang tertera di dalamnya n makasih banyak buat temen-temen yang merasa pernah menulis artikel-artikel di bawah ini.. nah,,,,silahkan teman-teman membacanya,,,,selamat membaca yaaaa,,,,
PENGERTIAN MEMBACA
PENGERTIAN MEMBACA
ReplyPendidikanOctober
6th, 2010Bang Deny
Membaca adalah salah satu dari empat
keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak
dititikberatkan pada keterampilan membaca daripada teori-teori membaca itu
sendiri.
Henry Guntur Tarigan menyebutkan tiga
komponen dalam keterampilan membaca, yaitu:
1. Pengenalan
terhadap aksara-aksara serta tanda-tanda baca.
2. Korelasi aksara
beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal.
3. Hubungan lebih
lanjut dari A dan B dengan makna1
Setiap guru bahasa haruslah menyadari
serta memahami benar-benar bahwa membaca adalah suatu metode yang dapat
dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang
dengan orang lain yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat
pada lambang-lambang tertulis.
Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan
serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis”2.
Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan
akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara
individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang
tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan
proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Membaca dapat pula dianggap sebagai
suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, yakni memahami
makna yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Makna bacaan tidak
terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah
makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang
berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata
tersebut.
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian
kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process),
berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding).
Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) menghubungkan kata-kata tulis (written
word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang
mencakup pengubahan tulisan / cetakan menjadi bunyi yang bermakna.
Membaca merupakan suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang
berada dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding
process).
Membaca adalah suatu proses yang
bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu maka para pelajar haruslah
dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap lambang-lambang visual
yang menggambarkan tanda-tanda oditori dan berbicara haruslah selalu mendahului
kegiatan membaca.
Harimurti Kridalaksana mengatakan
“Membaca adalah menggali informasi dari teks, baik yang berupa tulisan maupun
dari gambar atau diagram maupun dari kombinasi itu semua”3
Soedarso berpendapat bahwa “Membaca
adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang
terpisah-pisah, meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan
mengingat-ingat”4.
DP. Tampubolon berpendapat bahwa
“Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu
kebiasaan”5.
Bahkan ada pula beberapa penulis yang
beranggapan bahwa membaca adalah suatu kemauan untuk melihat lambang-lambang
tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut melalui suatu metode
pengajaran membaca seperti fonik (ucapan, ejaan berdasarkan interpretasi
fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi membaca lisan.
Demikianlah makna itu akan berubah,
karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan
sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.
Daftar Pustaka
1. Guntur Tarigan, Membaca
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa 1979) hlm. 10
2. Ibid., hlm. 7
3. Harimurti
Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia 1984) hlm. 122
4. Soedarso, Sistem
Membaca Cepat dan Efektif (Jakarta: PT. Gramedia 1989) hlm. 4
5. DP. Tampubolon, Kemampuan
Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien (Bandung: Angkasa 1986) hlm. 228
Sumber : http://arisandi.com/?p=317 diunduh tanggal 2 Januari 2012 9:47
PENGERTIAN
MEMBACA
Tidak ada
konsep yang baku untuk pengertian membaca, sehingga ada banyak sekali
pengertian membaca. Diantaranya adalah:
Proses
melinsankan paparan bahasa tulis; mempersepsi tuturan tulis; penerapan
seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh pemahaman dari tuturan
tertulis yang dibaca; proses berpikir dan bernalar, atau sebagai proses
pengolahan bahasa; proses pemberian makna kepada simbol-simbol visual; dan,
tidak mungkin ada pengertian yang baku, yang ada hanya ragam pengertian yang
umum popular ke pengertian yang teknis ilmiah (2) pengertian yang sangat sempit
ke pengertian yang sangat luas, dan (3) pengertian yang tanpa dasar ke
perngertian yang secara kaku berdasarkan suatu teori membaca tertentu.
Berkembangnya
aneka pengertian membaca dikarenakan adanya tiga faktor, yaitu yang pertama,
kenyataan bahwa apa yang biasa disebut membaca itu adalah sesuatu yang sangat
rumit dan unik pula keadaannya. Sehingga belum ada seorang ahlipun yang
berhasil merumuskan membaca dengan tepat. Pasti masih ada kelemahan banyak
ataupun sedikit.
Faktor yang
kedua, perbedaan latar belakang pendefinisian tentang membaca. Dalam menyusun
perumusannya ada perbedaan-perbedaan dalam: (1) teori atau pendekatan yang
digunakan sebagai landasan. Penganut teori keterampilan tentu memiliki
pengertian yang berbeda dengan penganut teori persepsi. (2) tujuan atau maksud
batasan membaca yang disusunnya. Bagi orang yang memiliki tujuan mendefinisikan
membaca sebagai bahan penelitian tentu berbeda dengan yang mendefinisikan
membaca untuk pengajaran. (3) pemilihan aspek masalah membaca yang dijadikan
pusat perhatiannya. Orang yang memusatkan perhatiannya kepada aspek mekanis
tentu akan memiliki definisi yang berbeda dengan orang yang memusatkan pikiran
pada aspek pemahaman.
Faktor yang
ketiga, dilatarbelakangi oleh penemuan-penemua baru dalam studi membaca.
Penemuan dari penerapan studi psikolinguistik mengembangkan definisi membaca,
sehingga berbeda dengan pengertian membaca menurut para ahli yang lebih lampau.
Jika beraneka ragam pengertian tentang membaca dibanding-bandingkan maka akan didapat tiga macam pengeritan membaca. Yaitu (1) pengertian yang sempit, menganggap membaca itu sebagai proses pengenalan simbol-simbol tertulis. (2) Pengertian yang agak luas, pengertian ini memasukkan pula di samping masalah mekanisme membaca proses pengenalan makna katap-kata dan frasa penyusun bacaan di satu pihak, dan proses pemaduan berbagai unsure makn menjadi satu kesatuan ide. (3) pengertian yang luas, meliputi pula proses atau kegiatan memberikan reaksi kritis-kreatif terhadap bacaan dalam menemukan signifikasi, nilai, fungi dan hubungan isi bacaan itu dengan suatu masalah kehidupan yang lebih luas serta dampak dari masalah yang dipaparkan pengarang. Pengertian yang ketiga di atas cenderung lebih dipilih karena pada dasarnya dalam membaca, pembaca adalaoh pihak yang aktif bukan pasif.
Dalam rangka meyusun perumusannya atau batasannya ada seumlah hal penting yang perlu dimasukkan pertama, kenyataan bahwa dalam membaca pembaca merespon secara sekunder tuturan tertulis yang dihadapinya. Kedua, respon yang ditampilkannya bukanlah respon pasif melainkan respon aktif yaitu respon yang berupa kegiatan mengolah atau menganaliss tuturan tertulis itu. Ketiga, pengolahan terhadap tuturan tertulis yang diresponnya itu tidak teratas pada tuturan tertulis itu sendiri, tetapi diperhatikan pula tautan serta dampaknya daam konteks kehidupan yang lebih luas. Keempat, proses pengolahannya dilakukannya dengan suatu tingkat berpikiri kritis kreatif tertentu. Kelima, keseluruhanna proses pengolahan tuturan tertulis itu berkesudahan degnan pemahaman yang bersfat menyeluruh.
Jika beraneka ragam pengertian tentang membaca dibanding-bandingkan maka akan didapat tiga macam pengeritan membaca. Yaitu (1) pengertian yang sempit, menganggap membaca itu sebagai proses pengenalan simbol-simbol tertulis. (2) Pengertian yang agak luas, pengertian ini memasukkan pula di samping masalah mekanisme membaca proses pengenalan makna katap-kata dan frasa penyusun bacaan di satu pihak, dan proses pemaduan berbagai unsure makn menjadi satu kesatuan ide. (3) pengertian yang luas, meliputi pula proses atau kegiatan memberikan reaksi kritis-kreatif terhadap bacaan dalam menemukan signifikasi, nilai, fungi dan hubungan isi bacaan itu dengan suatu masalah kehidupan yang lebih luas serta dampak dari masalah yang dipaparkan pengarang. Pengertian yang ketiga di atas cenderung lebih dipilih karena pada dasarnya dalam membaca, pembaca adalaoh pihak yang aktif bukan pasif.
Dalam rangka meyusun perumusannya atau batasannya ada seumlah hal penting yang perlu dimasukkan pertama, kenyataan bahwa dalam membaca pembaca merespon secara sekunder tuturan tertulis yang dihadapinya. Kedua, respon yang ditampilkannya bukanlah respon pasif melainkan respon aktif yaitu respon yang berupa kegiatan mengolah atau menganaliss tuturan tertulis itu. Ketiga, pengolahan terhadap tuturan tertulis yang diresponnya itu tidak teratas pada tuturan tertulis itu sendiri, tetapi diperhatikan pula tautan serta dampaknya daam konteks kehidupan yang lebih luas. Keempat, proses pengolahannya dilakukannya dengan suatu tingkat berpikiri kritis kreatif tertentu. Kelima, keseluruhanna proses pengolahan tuturan tertulis itu berkesudahan degnan pemahaman yang bersfat menyeluruh.
Jadi dapat
ditarik batasan tentang membaca yaitu, membaca adalah porses pengolahan bacaan
kritis-kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat
meneluruh tentang bacaan itu, dan penilaia terhadap kedaan, nilai, fungsi dan
dampak bacaan itu.
TEORI TENTANG MEMBACA
Suatu teori membaca mempunyai nilai dan fungsi sendiri dalam studi
membaca dan pengajaranya, yaitu:
1.
Suatu teori
membaca digunakan untuk membantu pihak-pihak yang bermaksud mempelajari masalah
membaca dan pengajaranya.
2.
Suatu teori
membaca digunakan para pembina pengajar membaca untuk membina dan melaksanakan
tugas-tugas dalam membina siswa membaca.
3.
Suatu tepri
membaca mutlak diperlukan bagi siapa yang ingin melakukan penelitian tentang
masalah membaca.
Pendekatan yang diterapkan selama ini dalam setudi membaca untuk
menghasilkan suatu teori membaca ialah:
1.
Pendekatan
konseptual, merupakan pendekatan yang berkaitan dengan konsep/teori membaca
untuk dikaji.
2.
Pendekatan
emperikal, merupakan pendekatan yang bertolak pada pengalaman secara penghayatan
pada proses membaca.
3.
Pendekatan
eksperimental, merupakan pendekatan yang dilakukan dengan suatu eksperimen
tertentu yang dikelola sedemikian rupa.
Pendekatan Linguistik yang semula diterapkan oleh Good man untuk
memerikan proses membaca kemudian direvisinya karena disadarinya banyak
kelemahannya. Sebagai gantinya dipilihnya teori Transformasi Generatif penemuan
Noam Chomsky sebagai acuan kerja untuk memberikan proses membaca dalam bentuk
suatu model yang dikenal dengan Model Membaca Goodman. Model ini menekankan
bahwa membaca ialah seperangkat proses “recording, deconding dan enconding”
yang berkhir pada pemahaman atau komprehensif.
Faktor-faktor yang telah dibuktikan keberhasilan dalam membaca. Faktor–faktor telah dibuktikan berpengaruh lewat studi dan penelitian yang bersifat eksperimentatif, yaitu merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak didik sebagai pihak yang membaca dan yang belajar membaca (faktor dalam), dan faktor–faktor yang berasal dari luar diri anak didik dalam hubungannya denagn proses pembaca dan yang belajar membaca (faktor luar).
Faktor-faktor yang telah dibuktikan keberhasilan dalam membaca. Faktor–faktor telah dibuktikan berpengaruh lewat studi dan penelitian yang bersifat eksperimentatif, yaitu merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak didik sebagai pihak yang membaca dan yang belajar membaca (faktor dalam), dan faktor–faktor yang berasal dari luar diri anak didik dalam hubungannya denagn proses pembaca dan yang belajar membaca (faktor luar).
Beberapa studi dan penelitian yang mengkaji kedua jenis faktor
inilah yang disajikan dalam bagian – bagian uraian selanjutnya.
1.
Faktor
intelegensia. Intelegensia yang dikonsep sebagai kemampuan mental atau potensi
belajar telah dibuktikan berpengaruh terhadap proses pemahaman dalam membaca
hampir pada setiap jenjang pendidikan pengaruhnya dibuktikan dengan hasil-hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa hasil tes intelegensia memercayai korelasi
positif yang cukup tinggi dengan hasil tes membaca komperhensif.
2.
Faktor Sikap. Sikap
sebagai kecenderungan jiwa yang prediktif sifanya dalam mereaks, sesuatu oleh
sementara ahli bidang studi membaca telah dikaji pengaruhnya terhadap kemampuan
membaca. Sikap positif terhadap bacaan da terhadap belajar membaca diperkirakan
sam degnan motor yang mampu menggerakkan jenis-jenis keterampilan membaca
bekerja secara lebih baik dan lebih akurat. Pengajran membaca diharapkan bukan
saja mempertimbangkan faktor sikap, melainkan juga diharapkan membina sikap
siswa dalam membaca.
3.
Faktor
Perbedaan Kelamin (Seks). Perbedaan
kelamin atau seks, yaitu antara laki-laki dan perempuan, juga telah diteliti
secara eksperimental sebagai factor yang berpengaruh dalam belajar membaca.
Tokoh yang meneliti : stroud bersama Lindquist (1942), pauley (1951), hughes
(1953), Fabian (1955). Hampir dalam penelitian yang dilakukan oleh para tokoh tersebut
membuktikan bahwa factor perbedaan ada pengaruhnya terhadap proses belajar
membaca dan pengaruh tersebut hanya bekerja pada siswa usia muda saja, pengaruhnya
ialah:
a. Siswa
putri lebih unggul dalam belajar membaca daripada siswa putra pada saat mereka
kelas 1,2,3.
b. Diatas kelas 3 kelas permulaan ini ternyata perbedaan kelamin tidak
merupakan factor yang berpengaruh lagi.
4.
Faktor Penguasaan Bahasa. Penguasaan
bahasa sebagai factor yang berpengaruh dalam proses memahami bacaan telah
banyak dibuktikan dengan studi dan penelitian yang menerapkan pendekatan konsep
tua dan pendekatan emperikal. Salah satu tokoh yang terkemuka dalam penelitian
yang terakhir ialah J.R Bormuth, dalam laporan penelitiannya pada tahun
1969-1970, bormuth menegaskan bahwa ada 3 faktor dalam penguasaan bahasa yang
paling besar pengaruhnya dalam proses pemahaman bacaan. Ketiga factor tersebut
ialah :
a)
Faktor struktur kalimat
b)
Faktor anaphora
c)
Faktor kekomplekan kalimat yang menyangkut masalah transformasi
kalimat.
d)
Faktor Status-Ekonomi-Sosial (SES)
Kedudukan orang tua anak didik di tengah-tengah masyarakat, keadaan
ekonomi rumah tangga, dan lingkungan hidup anak didik adalah faktor yang
tergolong SES. Faktor ini telah dibuktikan lewat penelitian experimental yang
berpengaruh terhadap kemampuan membaca peserta didik. Penelitian yang dilakukan
Hill dan Giametto (1963), Carson dan Rabin (1960), dan Boykin (1955) menemukan
bahwa seseorang yang memiliki kondisi SES-nya baik ternyata kemampuan
membacanya juga lebih baik daripada seseorang yang memiliki kondisi SES-nya
kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian ini berkembang semacam kesepakatan
bahwa SES adalah faktor dari luar diri seseorang yang berpengaruh terhadap
proses belajar membaca dan juga terhadap kemampuan memahami bacaan. (Farr,
Roger, 1969, Reading: What Can Be Measured?, Newark, Delaware: International
Reading Association Research Fund).
5.
Faktor Bahan Bacaan. Bahan bacaan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap proses
pemahaman bacaan telah banyak dibuktikan dengan penelitian eksperimental.
William Eller bersama Judith G. Wolf dkk. sebagai kelompok sarjana mengemukakan
bahwa (1). Bahan yang disajikan secara dua arah (twesided presentation) lebih
efektif pengaruhnya daripada satu arah (one-sided presentation). (2). Penyajian
satu arah lebih efektif daripada yang dua arah sepanjang pembaca menyepakati
sejak semula gagasan yang terdapat dalam bacaan. Selain itu dari penelitian
Katz dan Lazarsteld (1955) menyimpulkan bahwa makin spesifik sifat sugesti isi
bacaan bertautan dengan kepribadian pembaca, makin kuat pula pengaruh sugesti
itu.
Mengenai bahasa bacaan, Ruddell (1965) lewat eksperimennya
menemukan bahwa bahn bacaan yang struktur kalimatnya sama dengan unsur kalimat
bahasa lisan yang dikuasai siswa jauh lebih mudah dipahami daripada sebaliknya.
Wilcox (1964) menemukan bahwa siswa remaja lebih mudah memahami bacaan yang
dilengkapi denagn skema atau tabel. Dan Space bersama Space (1969) menemukan
bahwa bahasa bacaan dari pengarang yang sudah punya nama baik lebih mudah
dipahami oleh pembaca yang telah mengenal baik pengarang itu.
Studi tentang keterbacaan (readability) yang menghasilkan bermacam-macam formula keterbacaan seperti yang dikemukakan oleh Dalechall, Lorge, Space, dll. adalah bukti nyata dari peranan pengaruh bahasa bacaan itu. Sejalan dengan tujuan studi ini, secara eksperimental, Tylor (1953,1956) mencobakan penggunaan “cloze procedure” sebagai cara baru untuk menentukan keterbacaan. Dengan “cleze procedure” secara langsung dapat ditentukan apakah sebuah bacaan dapat dipahami dengan baik atau tidak oleh orang yang membacanya. Dengan kata lain dibuktikan pula secara eksperimentatif bahwa bahasa bacaan berpengaru terhadap prose pemahaman bacaan (Sadtono, E., Test Bahasa, Malang : Proyek PMPT-IKIP Malang)
Studi tentang keterbacaan (readability) yang menghasilkan bermacam-macam formula keterbacaan seperti yang dikemukakan oleh Dalechall, Lorge, Space, dll. adalah bukti nyata dari peranan pengaruh bahasa bacaan itu. Sejalan dengan tujuan studi ini, secara eksperimental, Tylor (1953,1956) mencobakan penggunaan “cloze procedure” sebagai cara baru untuk menentukan keterbacaan. Dengan “cleze procedure” secara langsung dapat ditentukan apakah sebuah bacaan dapat dipahami dengan baik atau tidak oleh orang yang membacanya. Dengan kata lain dibuktikan pula secara eksperimentatif bahwa bahasa bacaan berpengaru terhadap prose pemahaman bacaan (Sadtono, E., Test Bahasa, Malang : Proyek PMPT-IKIP Malang)
6.
Faktor Guru. Perilaku guru dalam membina anak didik dalam belajar membaca
ternyat berpengaruh besar dalam perilaku membaca sswa. Termasuk dalam perilaku
mengajar positif antara lain, (1)memahamai sudut pandang siswa, (2)
memvariasikan situasi yang memotivasi siswa beljara, (3) mengajukan pertanyaan
yang efektif kepada siswa, (4) menaajamkan pemahaman sisswa, dan (5) mencobakan
gagasan baru dalam pelaksaan pengajaran membaca. Sementara jenis-jenis
pengetahuan guru yang terbukti sifnifikan menurut hsil penelitian Goodson
(1965), antara lain (1) pengetahuan tentang penguasaan kosakata, (2)
pengetahuan tentang mekanisme membaca, (3) pengetahuan tentang selera baca siswa,
(4) pengetahuan tentang membaca kritis, dan (5) pengetahuan tentang pemahama
literal dan interpretatif.
Berdasarkan
keseluruhan uraian di muka serta sejumlah hasil penelitian yang telah
disajikan, dapat dirangkumkan sebuah kerangka teori membaca dengna pkok pikiran
sebagai berikut.
a)
Membaca adalah proses yag sangat rumit dan unik pula sifatnya.
Rumit karena banyak faktor yang yang bekerja dalam proses membaca serta unik
karena relatif berbedanya proses membaca itu berlangsung ada setiap pembaca.
b)
Proses membaca berlangsung sebagai bentuk respon pembaca terhadap
tuturan tertulis yang mestimulasinya.
c)
Bacaan sebagai stimulant, dalam wajh permukaanya berua paparean
bahasa tulis yang terususn dari material bahasa, tertata dalam tatatuturan
tertentu dan tertulis menurut tata penulisan yang berlaku.
d)
Respon aktif pembaca yang berupa proses membaca mencakup berbagai
kegiatan mental yang secara keseluruhannya meeruakan kegiatan mengolah bacaan
itu.
e)
Kelancaran dan keberhasilan pembaca dalam membaca dipengaruhi
beberapa faktor baik dari dalam diri pembaca sendiri maupun berasal dari luar.
MASALAH
PENGAJARAN MEMBACA DAN PEMBINAANYA
1.
HAKEKAT, KEDUDUKAN DAN FUNGSI PENGAJARAN MEMBACA
Pengajaran
membaca pada hakekatnya adalah perangkat usaha formal–konvensional yang
dilakukan secara sadar berencana untuk membina siswa dalam membaca. Rumusan ini
menggambarkan banyak hal. Pertama, pengajaran membaca mencakup berbagai usaha
yang saling bertaut satu dan lainnya. Kedua pengajaran membaca merupakan usaha
formal yaitu usaha resmi yang melembaga sifatnya dalam bidang pendidika. Selain
formal, pengajaran membaca juga merupaka usaha yang konvensional yaitu usaha
yang selama ini biasa serta umum ditempuh dalam bidang pendidikan. Lawannya
adalah usaha informal dan inkonvensional. Ketiga, pengajaran membaca dilakukan
secara sadar dalam arti ada tujuan yang dicapai.
Kedudukan pengajaran membaca dalam pendidikan di satu pihak sebagai integral, yaitu bagian tak dapat dipisahkan dari keutuhan pendidikan. Dipihak lain pengajaran membaca berkedudukan sebagai alat dan media fungsional. Yaitu alat dan media yang memunyai tersendiri dalam keseluruahn kegiatan pendidikan. Kedudukan pengajaran membaca diliahat dalam konteks pengajaran bahasa.
Kedudukan pengajaran membaca dalam pendidikan di satu pihak sebagai integral, yaitu bagian tak dapat dipisahkan dari keutuhan pendidikan. Dipihak lain pengajaran membaca berkedudukan sebagai alat dan media fungsional. Yaitu alat dan media yang memunyai tersendiri dalam keseluruahn kegiatan pendidikan. Kedudukan pengajaran membaca diliahat dalam konteks pengajaran bahasa.
Sejalan dengan
kedudukannya, maka fungsi pengajaran membaca di satu pihak menjaga keutuhan,
kehadiran pendidikan dan pengajaran bahasa khususnya. Fungsi ini sering pula
disebut fungsi edukatif. Fungsi yang lain adalah fungsi tambahan dan pelengkap
berupa fungsi sosial dan fungsi instrumental. Fungsi sosial, ikut mempertahanka
kehadiran membaca dalam kehidupan manusia. Fungsi instrumental pengajaran
membaca dapat diamati pada pemanfaatan pengajaran membaca sebagai ajang
penerapan hasil penelitian.
2.
TUGAS DAN TUJUAN UMUM PENGAJARAN MEMBACA
Tugas pokok
pengajaran membaca ialah membina siswa dalam bidang membaca. Membina siswa agar
memiliki kemampuan yang dalam membaca. Yaitu memberikan respon yang tepat
terhadap bacaan. Termasuk (1) memberikan respon komunikatif terhadap kalimat
yang diamati (2) memberikan respon interpretatif terhadap hal-hal yang
tersimpan dibalik permukaan bacaan, (3) memberikan respon evaluative-imajinatif
terhadap keselurahan bacaan, yaitu kemampuan menilai, kesahihan, kebenaran dan
kebergunaan bacaan.
Bagian kedua
dari tugas pokok pengajaran membaca ialah membina pengetahuan siswa tentang
membaca yaitu meliputi (1) tentang dan fungsi membaca, (2) tentang cara membaca
untuk suatu tujuan. Bagian ketiga, membina siswa agar mereka memiliki sikap
positif terhadap belajar membaca di satu pihak dan di pihak lain.
Tujuan
tamabahan ialah berpartisipasi dalam usaha memasyarakatkan dan mem-budayakan
membaca serta memanfaatkan dan merangsang studi dan penelitian membaca.
3.
MACAM-MACAM PENGAJARAN MEMBACA.
Yang selama ini
dikembangkan di Indonesia ialah:
a)
Pengajaran membaca permulaan. Disajikan kepada siswa SD yang
bertujuan membinaka dasar mekanisme membaca.
b)
Pengajaran membaca nyaring. Misalnya membaca suatu kutipan.
c)
Pengajaran membaca dalam hati. Membina siswa agar mampu membaca
tanpa suara dan mampu memahami isi bacaan.
d)
Pengajaran membaca pemahaman. Dalam praktiknya sama dengan membaca
dalam hati.
e)
Pengajaran membaca bahasa. Merupakan alat dari pengajaran bahasa.
Khusus memahami bahasa.
f)
Membaca pustaka. Membaca yang berkaitan dengan tentang yang dicari,
dengan kata lain mencari dasar.
g)
Pengajaran membaca teknik. Memusatkan perhatian siswa untuk
menguasai teknik membaca yang dipandang patut.
h)
Membaca kreatif. Bisa menghasilkan karya ilmiah setelah membaca
suatu buku.
Berdasarkan tujuannya pengajaran membaca dibedakan menjadi tiga yaitu;
Pertama, pengajaran membaca pengembangan, kemampuan menguasai mekanisme membaca dan kemampuan memahami bacaan secara komperhensif. Yang kedua, pengajaran membaca fungsional, yang bertujuan membina kemampuan siswa menggunakan membaca sebagai alat belajar dalam arti kata yang seluas-luasnya. Ketiga, pengajaran membaca rekreasional, bertujuan membina minat baca siswa, selera bacaannya dan daya apresiasinya.
Berdasarkan tujuannya pengajaran membaca dibedakan menjadi tiga yaitu;
Pertama, pengajaran membaca pengembangan, kemampuan menguasai mekanisme membaca dan kemampuan memahami bacaan secara komperhensif. Yang kedua, pengajaran membaca fungsional, yang bertujuan membina kemampuan siswa menggunakan membaca sebagai alat belajar dalam arti kata yang seluas-luasnya. Ketiga, pengajaran membaca rekreasional, bertujuan membina minat baca siswa, selera bacaannya dan daya apresiasinya.
4.
PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN MEMBACA
Dalam membina
pelaksanaan pengajaran membaca di lembaga pendidikan, ada sejumlah prinsip
pengajaran membaca yang dapat dipedomani oleh
para guru. Beberapa prinsip pengajaran membaca yang patut diketahui oleh pata guru:
Ø
Belajat membaca ialah suatu proses yang sangat rumit dan sangat
peka sifatnya terhadap berbagai pengaruh dari luar yang menekan.
Ø
Belajar membaca pada hakekatnya adalah proses belajar yang bersifa
perseorangan.
Ø
Pengajaran membaca yang baik adalah pengajaran membaca yang
memanfaatkan dengan tepat hasil diagnosis kesulitan belajar.
Ø
Belajar membaca hanya mungkin berlangsung lancar dan berhasil baik
jika bahan pelajaran yang disajikan sesuai.
Ø
Membaca pada hakekatnya adalah proses memahami dan memberi makna
kepada tuturan tertulis yang dibaca.
Ø
Dalam pengajaran membaca tidak satupun cara yang super sifatnya.
Ø
Konsep kesiapan membaca tidak hanya berlaku pada pengajaran membaca
permulaan.
Ø
Pengajaran membaca harus membina siswa mengusai kunci-kunci
membaca.
5.
PEMBINAAN PENGAJARAN MEMBACA
Pengajaran
membaca yang selama ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan Indonesia pada
dasarnya ialah pelajaran membaca tradisional, sebagai salah satu sistem
pengajaran membaca pengajaran membaca tradisional banyak kelemahan dan
kekuranganya. Beberapa diantaranya ialah:
·
Pengertian membaca yang diikuti dalam pengajaran membaca
tradisional adalah pengertian yang sempit, yang mengandung arti membaca ialah
proses menangkap makna dari bahan baacaan.
·
Pemusatan pengajaran membaca tradisional ialah membina siswa
belajar agar mereka dapat membaca, bukan untuk mendapatkan suatu pengetahuan
dari proses membaca.
·
Pengajaran membaca ini biasanya memandang anak didik dalam kondisi
yang sama, padahal terdapat perbedaan signifikan antara anak yang satu dengan
anak yang lain, baik dari segi fisik maupun psikis.
·
Pengajaran membaca ini cenderung sebagai pengajaran yang berdiri
sendiri, diisolasi ( tidak terpengaruh) dari jenis-jenis membaca lainya.
·
Para pendidik yang menerapkan pengajaran membaca tradisional pada
umumnya kurang memiliki pengetahuan serta wawasan yang luas tentang masalah
membaca dan pengajaranya.
Dalam pengajaran membaca tradisional dengan pelbagai kelemahanya
dan kekuranganya mempunyani banyak tantangan untuk mempertahankanya, yaitu:
v
Kemampuan membaca yang dibutuhkan masyarakat modern (
komprehensif), yaitu membaca dengan kemampuan yang baik, dapat memahami,
menilai, manfaatkan, dan memecahkan masalah dalam kehidupan, setelah adanya
proses membaca.
v
Perkembangan ilmu pengetahuan dak teknologi
v
Kemajuan membaca dan pengajaranya
v
Tuntutan pendidikan modern
v
Ledakan populasi siswa
Untuk menghadapi kelima tantangan di atas, pembinaan
yang patut dilakukan ialah pembinaan yang berfungsi ganda yaitu menghilangkan
kelemahan-kelemahan pengajaran membaca tradisional disatu pihak dan secara
langsung atau tidak dapat memberikan solusi tentang masalah yang dihadapi dalam
pengajaran membaca.
Sumber : http://muntijo.wordpress.com/2011/07/07/pengertian-membaca-dan-pengajarannya/ diunduh tanggal 2/1/2012 10:22
DEFINISI
MEMBACA
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia: pembaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis, baik dengan melisankan (meng-ucapkan) maupun hanya dalam hati.
Berdasarkan definisi di atas, kita dapat mengatakan bahwa membaca merupakan suatu proses perubahan bentuk lambang (tulisan) menjadi wujud makna.
Berdasarkan definisi di atas, kita dapat mengatakan bahwa membaca merupakan suatu proses perubahan bentuk lambang (tulisan) menjadi wujud makna.
Membaca
merupakan kegiatan yang tersusun dari 4 komponen: strategi, kelancaran,
pembaca, dan teks. Strategi adalah kemampuan pembaca menggunakan beragam strategi
untuk mencapai tujuan dalam membaca. Kelancaran ialah kemampuan membaca dengan
kecepatan tertentu dengan pemahaman yang cukup. Gabungan dari teks, strategi,
kelancaran, dan pembaca ini yang disebut membaca (Anderson, 2003:68). Pemahaman
dalam hal ini merupakan tujuan dari membaca.
Ada dua aspek
dalam pengajaran membaca. Aspek pertama,
merujuk pada pengajaran membaca untuk pertama kali. Kedua, mengajar
membaca bagi mereka yang telah memiliki keterampilan membaca dalam bahasa
pertamanya (L1). Karena itu, menurut Anderson, kalau sudah dapat membaca
dalam satu bahasa maka tidak perlu belajar baca dalam bahasa asing lainnya
(L2), tetapi hanya perlu mentransfer keterampilan untuk membaca konteks baru
dalam bahasa lain (tapi kita akan melihat kendala dari pernyataan ini. Baca sub
Kendala Membaca: Tantangan Solusi)
Proses Baca
Ada tiga model
kategori dalam proses membaca: 1) model bawah-atas (buttom-up model), 2) model
atas-bawah (up-down model), dan 3) model interaktif (interactive model). Model
bawah-atas, biasanya terdiri atas proses-proses baca pada level terendah. Dalam
hal ini siswa membaca mulai dengan dasar pengenalan tulisan dan bunyi yang
kemudian merekognisi morfem, kata, identifikasi struktur gramatikal, kalimat,
lalu teks.
Tujuan Umum Membaca
Tujuan membaca,
secara umum, adalah mengerti dan memahami makna atau arti yang terkandung dalam
bacaan tersebut. Dengan mengerti dan memahami makna yang terkandung dalam
bacaan tersebut, maka dapat menambah pengetahuan si pembaca tentang masalah
yang tertuang di dalamnya.
Membaca sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membaca kita dapat memperoleh
berbagai pengetahuan. Banyak pengetahuan yang ditulis atau dituangkan dalam
bentuk tulisan, baik dalam buku-buku, surat kabar, majalah, ataupun dalam media
tulis lainnya.
Sumber : http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2213859-pengertian-membaca/
diunduh tanggal 2/1/2012
MEMBACA,
Baca –
Kegiatan membaca bersama antara anak dan orang tua berpengaruh terhadap sikap
dan minat membaca anak. Melalui program membaca bersama antara orang tua dan
anak, anak-anak jadi suka mengisi waktu luangnya dengan aktivitas membaca,
mereka suka membaca bersama orang dewasa yang lain, suka membaca majalah dan
buku-buku yang ada di rumah dan di perpustakaan sekolah. Buku-buku dan
perlengkapan membaca merupakan dukungan instrumental untuk mendidik anak,
program pelatihan untuk orang tua agar terlibat secara efektif dalam program
membaca keluarga merupakan dukungan informatif yang sangat berguna bagi orang
tua untuk memberikan dukungan penghargaan dan emosi kepada anak saat mereka
membaca bersama.
Banyak cara
yang ditempuh agar seseorang memperoleh pengetahuan. Salah satunya yang paling
sering dilakukan adalah melalui membaca. Ini tampaknya lebih menekankan
pengertian membaca sebagai kegiatan seseorang untuk memperoleh pengetahuan
melalui sumber-sumber tekstual, seperti buku, artikel, koran dan sebagainya,
dengan menggunakan mata atau pandangan sebagai alat utamanya. Jika diperluas
lagi, pengertian membaca di sini sebenarnya tidak hanya persepsi visual
terhadap bentuk rangkaian kata-kata (verbal) tetapi juga dapat berbentuk
simbol-simbol lainnya, seperti angka, gambar, diagram, tabel yang di dalamnya
memiliki arti dan maksud tertentu.
Yang dimaksud
membaca ialah menangkap pikiran dan perasaan orang lain dengan perantaraan
tulisan (gambar dari bahasa yang dilisankan). Tujuannya ialah menangkap bahasa
yang tertulis dengan tepat dan teratur.
Melalui
aktivitas membaca, seseorang dapat mengenal suatu objek, ide prosedur konsep,
definisi, nama, peristiwa, rumus, teori, atau kesimpulan. Bahkan lebih dari
itu, melalui aktivitas membaca seseorang dapat mencapai kemampuan kognitif yang
lebih tinggi, seperti menjelaskan, menganalisis, hingga mengevaluasi suatu
objek atau kejadian tertentu.
Minat baca
berbanding lurus dengan kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang besar minat bacanya
pastilah bangsa yang maju. Mereka akan membaca dalam setiap kesempatan
contohnya terlihat tidak hanya dalam perpustakaan umum dan pribadi tetapi juga
di stasiun, di kereta,dan dalam perjalanan pun mereka membaca.
Membaca adalah
kunci ke gudang ilmu. Ilmu yang tersimpan dalam buku harus digali dan dicari
melalui kegiatan membaca. Keterampilan membaca menentukan hasil penggalian ilmu
itu. Karena itu dapat dikatakan keterampilan membaca sangat diperlukan dalam
dunia modern.
Sedangkan makna
dari membaca adalah menduga, memperhitungkan, dan memahami. Berdasarkan arti
membaca tersebut, pengertian membaca mencakup dua hal. Pengertian yang pertama
yaitu membaca teks-teks yang terurai dari huruf demi huruf kemudian membentuk
kata lalu terangkai dalam kalimat dan padu dalam paragraf. Pengertian yang
kedua yaitu membaca fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta. Membaca
sesuai pengertian ini misalnya memikirkan bagaimana terjadinya siang dan malam,
peredaran planet mengelilingi matahari, dan penciptaan mahkluk.
Terdapat
beberapa alasan mengapa kita harus senantiasa membaca. Pertama, membaca
sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan. Kedua, membaca merupakan
sarana pergaulan. Ketiga, membaca merupakan salah satu sarana hiburan. Keempat,
membaca dapat mendatangkan rezeki. Kelima, membaca dapat menjadi sarana
mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa. Keenam, membaca sebagai sarana
koreksi diri.
Membaca adalah
aktivitas memahami, menafsirkan, mengingat, lalu yang terakhir adalah
menuliskannya kembali berdasarkan analisis fikiran kita sendiri.
Menurut Pawit
M. Yusuf dalam kegiatan seminarnya tentang Indeks Baca di Jurusan Ilmu
Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran,
membaca adalah berfikir. Tidak ada manusia yang hidup tanpa berfikir, karena
sebagai mahkluk sosial ia selalu menghadapi berbagai masalah yang perlu
dipecahkan.
Apa yang
diketahui orang melalui kegiatan membaca pada hakikatnya adalah informasi.
Artinya dengan membaca ia mendapatkan sejumlah informasi yang dalam keadaan
tertentu bisa mempengaruhi sikap dan pandangan-pandangannya tentang perilaku
kehidupannya. Sikap bisa berubah karena adanya terpaan informasi, kata Krech,
dkk, (1968). Demikian pula kata Dwyer (1978) bahwa perilaku manusia bisa
berubah karena membaca, meskipun membaca sebenarnya bukan satu-satunya faktor
yang turut mempengaruhi sikap seseorang.
Melalui membaca
orang bisa menjelajahi batas-batas ruang dan waktu. Peristiwa-peristiwa yang
jauh terjadinya di masa lampau bisa diketahui melalui membaca. Demikian pula
pristiwa yang terjadi di berbagai tempat di dunia ini bisa diketahui melalui
membaca. Dengan demikian yang namanya membaca mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia.
Adalah hal
keliru jika memandang aktifitas membaca seolah-olah hanya “milik orang-orang
sekolahan”, sehingga orang-orang yang tidak bersekolah dianggap tidak perlu
lagi melakukan aktifitas membaca. Membaca pada dasarnya milik semua orang dan
siapapun dapat melakukannya. Demikian juga dengan bahan yang dibacanya, tidak
hanya berhubungan dengan hal-hal yang “serba serius”, dalam arti memerlukan
proses kognisi tingkat tinggi, tetapi juga dapat berupa hal-hal yang ringan dan
sederhana untuk sekedar memenuhi rasa ingin tahu seseorang, misalnya untuk
memperoleh informasi tentang hasil pertandingan sepak bola, atau
peristiwa-peristiwa lainnya yang terjadi pada suatu saat tertentu.
Di dalam buku
Menjadi Guru Merdeka terjemahan dari A Pedagogy For Liberation Dialogues On
Transforming Education, karangan Ira Shor dan Paulo Freire, makna membaca
menurut Paulo Freire bukan sekedar berjalan atau melayang di atas lintasan
kata-kata. Membaca adalah menuliskan kembali apa yang dibaca. Membaca
adalah menemukan hubungan antara teks dan konteks dari teks bersangkutan, dan
bagaimana menghubungkan antara teks atau konteks dengan konteks pembacanya.
Di Amerika pada
masa lampau, kecepatan membaca perlu diukur, bahkan sampai dibuatkan rumus
segala. Membaca seolah suatu kegiatan yang perlu kecepatan, seperti seorang
berlari menuju finish. Namun dalam perkembangan selanjutnya, ternyata kecepatan
membaca itu tidak harus selalu sama, tetapi fleksibel. Adakalanya kita harus
cepat, adakalanya perlu memperlambat atau bahkan berhenti sebentar, lalu cepat
lagi.
Kecepatan
membaca sebenarnya tergantung pada tujuan membaca. Sutrisno menyatakan bahwa
ada kebiasaan yang kurang baik yang sering dilakukan sampai dewasa ketika
membaca yaitu:
a.
Vokalisasi. Membaca dengan bersuara sangat memperlambat membaca
karena mengucapkan kata demi kata dengan lengkap.
b.
Gerakan Bibir. Menggerakkan bibir sewaktu membaca, sekalipun tidak
mengeluarkan suara, sama lambatnya dengan membaca bersama. Kecepatan membaca
bersuara ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari kecepatan membaca
diam.
c.
Menunjuk dengan Jari. Untuk menunjuk agar tidak ada kata-kata yang
terlewati maka kita melakukan dengan bantuan jari atau pensil menunjuk kata
demi kata. Cara tersebut sebenarnya harus kita tinggalkan karena tidak memberi
kepercayaan kepada mata dan otak.
d.
Regresi atau Mengulang. Kebiasaan selalu kembali ke belakang untuk
melihat kata yang baru dibaca itu menghambat serius dalam membaca.
e.
Gerakan Kepala. Semasa anak-anak penglihatan kita memang masih
sulit menguasai seluruh penampang bacaan, akibatnya kita menggerakkan kepala
dari kiri ke kanan untuk dapat membaca baris-baris bacaan secara lengkap.
Setelah dewasa, penglihatan kita telah mampu secara optimal sehingga cukup mata
saja yang bergerak.
Ada dua
kelompok besar faktor yang mempengaruhi minat membaca anak, yaitu faktor
personal dan faktor institusional. Faktor personal adalah yang ada
dalam diri anak, yaitu meliputi usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan
membaca, sikap dan kebutuhan psikologis. Sedangkan faktor institusional
adalah faktor-faktor diluar diri anak, yaitu meliputi ketersediaan jumlah
buku-buku bacaan dan jenis-jenis bukunya, status sosial ekonomi orang tua dan
latar belakang etnis, kemudian pengaruh orang tua, guru dan teman sebaya anak.
Ada banyak kiat
yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat baca siswa, antara lain:
a.
Memperkenalkan buku-buku. Cara ini dapat dilakukan oleh guru mata
pelajaran maupun guru perpustakaan. Buku yang diperkenalkan dapat berupa fiksi
dan nonfiksi.
b.
Memperkenalkan hasil karya sastrawan. Sastrawan tenar di Indonesia
banyak sekali, misalnya, Umar Kayam, Y.B. Mangun Wijaya, Rendra, Taufik Ismail
dan lain-lain.
c.
Pameran buku, biasanya dapat dilaksanakan dengan bekerja sama
antara toko buku atau penerbit.
d.
Majalah dinding hingga dewasa ini masih merupakan media sederhana
untuk berekspresi, berkreasi, dan bereksplorasi. Majalah dinding dapat menjadi
media kelas dan sekolah.
PENGERTIAN DAN TUJUAN MEMBACA PERMULAAN
Posted by Iyandri tiluk wahyono at 1:38 AM Tuesday, August 2, 2011
1.
Pengertian membaca permulaan
Membaca
permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar
kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai
teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu
guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu
menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
Empat aspek
keterampilan berbahasa dalam dua kelompok kemampuan (Muchlisoh, 1992: 119):
a.
Keterampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi
ketrampilan membaca dan menyimak.
b.
Keterampilan yang bersifat mengungkap (produktif) yang meliputi
ketrampilan menulis dan berbicara.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis, baik dalam situasi resmi non resmi, kepada siapa, kapan, dimana, untuk tujuan apa. bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat (Nuryati, 2007).
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis, baik dalam situasi resmi non resmi, kepada siapa, kapan, dimana, untuk tujuan apa. bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat (Nuryati, 2007).
2.
Tujuan membaca permulaan
Pembelajaran
membaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa
memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar,
sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Tujuan membaca permulaan juga
dijelaskan dalam (Depdikbud, 1994:4) yaitu agar “Siswa dapat membaca kata-kata
dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat“.
Pelaksanaan
membaca permulaan di kelas I Sekolah Dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu
membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. Pembelajaran
membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau
alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu
kalimat. Pembelajaran membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan
menggunakan buku sebagai bahan pelajaran.
Semasa seorang
anak memasuki bangku pendidikan formal, hal pertama yang diajarkan oleh guru
adalah pelajaran baca tulis. Hal tersebut tentunya sangat penting sebagai suatu
landasan perpijak, modal awal sekaligus titik awal untuk pembelajaran
selanjutnya. Sudahkah ketrampilan baca tulis yang seakan sederhana dan mudah
kita lakukan tersebut kita pahami maknanya secara mendalam? Apakah arti dari
membaca? Apakah makna dari menulis?
Risalah
kenabian berupa wahyu Al Qur’an yang diberikan pertama kali kepada Nabi Muhammad
SAW adalah iqro’, bacalah! Kenapa kita diperintahkan terlebih dahulu untuk
membaca? Bukannya menulis? Hal tersebut tentunya bukan tanpa alasan dan
sebenarnya urutan tersebut sangat terkait dengan struktur sembilan puluh
sembilan nama Allah dalam Al Asmul Husna. Bagaimana maksudnya?
Adz Zohiir dan
Al Bathien adalah sebagian dari asma Allah. Kata lahir lebih dahulu hadir
sebelum batin. Jadi sebenarnya manusia diperintahkan untuk “melihat” yang lahir
guna kemudian disimpan dalam dunia batin kita, itulah arti membaca.
Menurut
Damarjati Supadjar, “membaca adalah suatu aktivitas membatin suatu hal yang
lahir”, tentunya dalam pengertian luas. Maksud dari lahir disini adalah benda
dalam artian fisik, kongkrit maupun abstrak yang dapat diindera oleh panca indra
manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Langsung dalam pengertian
melalui penglihatan, perabaan, penciuman, pengecapan, maupun pendengaran.
Sedangkan tidak langsung dapat diartikan melalui ciri-ciri suatu benda atau
keadaaan, ataupun dengan peralatan bantu tertentu.
Contoh yang
paling sederhana adalah membaca tulisan. Tulisan adalah suatu bentuk fisik
kongkrit yang melalui indra penglihatan, atau bisa juga melalui perabaan bagi
saudara kita yang tuna netra, kita jadikan sebagai input untuk diolah oleh otak
berdasarkan referensi pengetahuan yang pernah diajarkan(pelajaran mengenai
abjad) untuk kemudian disimpan dalam memori. Dari memori tersebut kemudian
tersusunlah kata dan kalimat yang dapat kita keluarkan melalui ucapan, atau
bisa jadi kita hentikan sampai tahapan penyimpanan makna dalam memori jika kita
membaca secara batin.
Dari contoh
sederhana tersebut kemudian dapat ditarik makna yang lebih luas menyangkut
obyek baca tidak hanya lagi berujud tulisan. Kita bisa membaca warna sebagai
merah, hitam, putih, biru dan sebagainya. Kita bisa membaca gambar, lukisan,
gunung, air, batu, laut, langit dan masih banyak benda yang lain.
Kita juga bisa
membaca suasana sebagai panas, dingin, senang, susah, menakutkan. Suhu dapat
kita baca secara tidak langsung dengan bantuan alat termometer, kelembaban
udara dibantu dengan higrometer maupun barometer. Curah hujan dapat diukur
dengan regenmeter, massa dapat ditimbang, radiasi dapat diketahui dengan
surveymeter, dan masih banyak contoh lain.
Pertanyaan
berlanjut, apa yang mesti dibaca manusia? Yang harus dibaca manusia adalah ilmu
Allah. Menurut para ahli tafsir, ilmu Allah dibagi menjadi dua yaitu ilmu Allah
yang terucap atau kalam, serta ilmu Allah yang tercipta atau disebut alam.
Dengan demikian untuk kemaslahatan hidup manusia dalam mengemban tugas
memakmurkan bumi, manusia diharuskan membaca, dalam arti mengaji, mengkaji,
meneliti, menelaah dan berpikir mengenai kalam dan alam. Hanya dengan
penguasaan ilmu kalam dan alamlah manusia dapat menciptakan pengetahuan dan
teknologi untuk kesejahtearaan hidupnya.
Dalam rangka
mengemban titah Tuhan yang telah tersurat dalam kitab sucinya, maka sekumpulan
pemuda di lereng Gunung Sumbing tepatnya di Dusun Ngampon, Desa Ketangi,
Kecamatan Kaliangkrik dengan berkolaborasi dengan rekan-rekan PMII dan PATTIRO
Magelang serta dukungan Komunitas Pendekar Tidar bercita-cita merintis sebuah
perpustakaan warga. Dilatarbelakangi keprihatinan masih rendahnya kesadaran
para orang tua untuk menyekolahkan anaknya, maka jalur pendidikan informal
melalau perpustakaan nampaknya menjadi pilihan yang strategis.
Kurangnya
kesadaran akan pentingnya harkat pendidikan, ditambah keterbatasan ekonomi
serta informasi nampaknya merupakan satu kombinasi yang sangat akut bagi
pemberdayaan masyarakat setempat. Dalam keadaaan yang demikian, nampaknya buku
bisa menjadi alternatif untuk membedah wawasan warga. Dengan demikian yang
perlu ditekankan adalah pengadaan buku untuk “memenuhi kebutuhan warga”. Buku
tentang pertanian, perkebunan, peternakan sangat diperlukan untuk menunjang
pekerjaan warga dewasa.
Adapun bagi
anak-anak dan usia remaja, seperti buku tentang pelajaran sekolah, pembelajaran
agama dan bahasa, dongeng nasehat akan sangat membantu kebutuhan mereka. Dari
keterpenuhan kebutuhan warga tersebut diharapkan nantinya membaca bisa tertanam
lebih lanjut menjadi suatu budaya positif. Membaca adalah jendela dunia ilmu
pengetahuan. Marilah kita dukung bersama cita-cita saudara kita tersebut.
PENGERTIAN MEMBACA
Posted on 16/12/2008 by pencilbooks
Klein, dkk.
(dalam Farida Rahim, 2005: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca
mencakup: pertama,
membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh
pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Kedua,
membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi
membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna
ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan
membaca. Ketiga,
membaca merupakan interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada
konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui
beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah
dipahami (readable)
sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.
Sumber : http://pencilbooks.wordpress.com/2008/12/16/pengertian-membaca/ diunduh tanggal 2/1/2012
1049