Senin, 06 Februari 2012

Pengertian Membaca

Kumpulan Pengertian Membaca

nah.......ini posting baru buat teman-teman yang lagi butuh refrensi tentang membaca,,,saya sediakan beberapa pengertian membaca yang saya unduh dari link2 temen yang tertera di dalamnya n makasih banyak buat temen-temen yang merasa pernah menulis artikel-artikel di bawah ini.. nah,,,,silahkan teman-teman membacanya,,,,selamat membaca yaaaa,,,, 



PENGERTIAN MEMBACA

ReplyPendidikanOctober 6th, 2010Bang Deny

Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada keterampilan membaca daripada teori-teori membaca itu sendiri.
Henry Guntur Tarigan menyebutkan tiga komponen dalam keterampilan membaca, yaitu:
1.      Pengenalan terhadap aksara-aksara serta tanda-tanda baca.
2.      Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal.
3.      Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna1
Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar-benar bahwa membaca adalah suatu metode yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.
Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis”2. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang  tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, yakni memahami makna yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan / cetakan menjadi bunyi yang  bermakna. Membaca merupakan suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding process).
Membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu maka para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda oditori dan berbicara haruslah selalu mendahului kegiatan membaca.
Harimurti Kridalaksana mengatakan “Membaca adalah menggali informasi dari teks, baik yang berupa tulisan maupun dari gambar atau diagram maupun dari kombinasi itu semua”3
Soedarso berpendapat bahwa “Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat”4.
DP. Tampubolon berpendapat bahwa “Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan”5.
Bahkan ada pula beberapa penulis yang beranggapan bahwa membaca adalah suatu kemauan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut melalui suatu metode pengajaran membaca seperti fonik (ucapan, ejaan berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi membaca lisan.
Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.

Daftar Pustaka

1.      Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa 1979) hlm. 10
2.      Ibid., hlm. 7
3.      Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia 1984) hlm. 122
4.      Soedarso, Sistem Membaca Cepat dan Efektif (Jakarta: PT. Gramedia 1989) hlm. 4
5.      DP. Tampubolon, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien (Bandung: Angkasa 1986) hlm. 228

Sumber : http://arisandi.com/?p=317  diunduh tanggal 2 Januari 2012 9:47

PENGERTIAN MEMBACA
Tidak ada konsep yang baku untuk pengertian membaca, sehingga ada banyak sekali pengertian membaca. Diantaranya adalah:
Proses melinsankan paparan bahasa tulis; mempersepsi tuturan tulis; penerapan seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh pemahaman dari tuturan tertulis yang dibaca; proses berpikir dan bernalar, atau sebagai proses pengolahan bahasa; proses pemberian makna kepada simbol-simbol visual; dan, tidak mungkin ada pengertian yang baku, yang ada hanya ragam pengertian yang umum popular ke pengertian yang teknis ilmiah (2) pengertian yang sangat sempit ke pengertian yang sangat luas, dan (3) pengertian yang tanpa dasar ke perngertian yang secara kaku berdasarkan suatu teori membaca tertentu.
Berkembangnya aneka pengertian membaca dikarenakan adanya tiga faktor, yaitu yang pertama, kenyataan bahwa apa yang biasa disebut membaca itu adalah sesuatu yang sangat rumit dan unik pula keadaannya. Sehingga belum ada seorang ahlipun yang berhasil merumuskan membaca dengan tepat. Pasti masih ada kelemahan banyak ataupun sedikit.
Faktor yang kedua, perbedaan latar belakang pendefinisian tentang membaca. Dalam menyusun perumusannya ada perbedaan-perbedaan dalam: (1) teori atau pendekatan yang digunakan sebagai landasan. Penganut teori keterampilan tentu memiliki pengertian yang berbeda dengan penganut teori persepsi. (2) tujuan atau maksud batasan membaca yang disusunnya. Bagi orang yang memiliki tujuan mendefinisikan membaca sebagai bahan penelitian tentu berbeda dengan yang mendefinisikan membaca untuk pengajaran. (3) pemilihan aspek masalah membaca yang dijadikan pusat perhatiannya. Orang yang memusatkan perhatiannya kepada aspek mekanis tentu akan memiliki definisi yang berbeda dengan orang yang memusatkan pikiran pada aspek pemahaman.
Faktor yang ketiga, dilatarbelakangi oleh penemuan-penemua baru dalam studi membaca. Penemuan dari penerapan studi psikolinguistik mengembangkan definisi membaca, sehingga berbeda dengan pengertian membaca menurut para ahli yang lebih lampau.
Jika beraneka ragam pengertian tentang membaca dibanding-bandingkan maka akan didapat tiga macam pengeritan membaca. Yaitu (1) pengertian yang sempit, menganggap membaca itu sebagai proses pengenalan simbol-simbol tertulis. (2) Pengertian yang agak luas, pengertian ini memasukkan pula di samping masalah mekanisme membaca proses pengenalan makna katap-kata dan frasa penyusun bacaan di satu pihak, dan proses pemaduan berbagai unsure makn menjadi satu kesatuan ide. (3) pengertian yang luas, meliputi pula proses atau kegiatan memberikan reaksi kritis-kreatif terhadap bacaan dalam menemukan signifikasi, nilai, fungi dan hubungan isi bacaan itu dengan suatu masalah kehidupan yang lebih luas serta dampak dari masalah yang dipaparkan pengarang. Pengertian yang ketiga di atas cenderung lebih dipilih karena pada dasarnya dalam membaca, pembaca adalaoh pihak yang aktif bukan pasif.
Dalam rangka meyusun perumusannya atau batasannya ada seumlah hal penting yang perlu dimasukkan pertama, kenyataan bahwa dalam membaca pembaca merespon secara sekunder tuturan tertulis yang dihadapinya. Kedua, respon yang ditampilkannya bukanlah respon pasif melainkan respon aktif yaitu respon yang berupa kegiatan mengolah atau menganaliss tuturan tertulis itu. Ketiga, pengolahan terhadap tuturan tertulis yang diresponnya itu tidak teratas pada tuturan tertulis itu sendiri, tetapi diperhatikan pula tautan serta dampaknya daam konteks kehidupan yang lebih luas. Keempat, proses pengolahannya dilakukannya dengan suatu tingkat berpikiri kritis kreatif tertentu. Kelima, keseluruhanna proses pengolahan tuturan tertulis itu berkesudahan degnan pemahaman yang bersfat menyeluruh.
Jadi dapat ditarik batasan tentang membaca yaitu, membaca adalah porses pengolahan bacaan kritis-kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat meneluruh tentang bacaan itu, dan penilaia terhadap kedaan, nilai, fungsi dan dampak bacaan itu.

TEORI TENTANG MEMBACA
Suatu teori membaca mempunyai nilai dan fungsi sendiri dalam studi membaca dan pengajaranya, yaitu:
1.        Suatu teori membaca digunakan untuk membantu pihak-pihak yang bermaksud mempelajari masalah membaca dan pengajaranya.
2.        Suatu teori membaca digunakan para pembina pengajar membaca untuk membina dan melaksanakan tugas-tugas dalam membina siswa membaca.
3.        Suatu tepri membaca mutlak diperlukan bagi siapa yang ingin melakukan penelitian tentang masalah membaca.
Pendekatan yang diterapkan selama ini dalam setudi membaca untuk menghasilkan suatu teori membaca ialah:
1.        Pendekatan konseptual, merupakan pendekatan yang berkaitan dengan konsep/teori membaca untuk dikaji.
2.        Pendekatan emperikal, merupakan pendekatan yang bertolak pada pengalaman secara penghayatan pada proses membaca.
3.        Pendekatan eksperimental, merupakan pendekatan yang dilakukan dengan suatu eksperimen tertentu yang dikelola sedemikian rupa.
Pendekatan Linguistik yang semula diterapkan oleh Good man untuk memerikan proses membaca kemudian direvisinya karena disadarinya banyak kelemahannya. Sebagai gantinya dipilihnya teori Transformasi Generatif penemuan Noam Chomsky sebagai acuan kerja untuk memberikan proses membaca dalam bentuk suatu model yang dikenal dengan Model Membaca Goodman. Model ini menekankan bahwa membaca ialah seperangkat proses “recording, deconding dan enconding” yang berkhir pada pemahaman atau komprehensif.
Faktor-faktor yang telah dibuktikan keberhasilan dalam membaca. Faktor–faktor telah dibuktikan berpengaruh lewat studi dan penelitian yang bersifat eksperimentatif, yaitu merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak didik sebagai pihak yang membaca dan yang belajar membaca (faktor dalam), dan faktor–faktor yang berasal dari luar diri anak didik dalam hubungannya denagn proses pembaca dan yang belajar membaca (faktor luar).
Beberapa studi dan penelitian yang mengkaji kedua jenis faktor inilah yang disajikan dalam bagian – bagian uraian selanjutnya.
1.        Faktor intelegensia. Intelegensia yang dikonsep sebagai kemampuan mental atau potensi belajar telah dibuktikan berpengaruh terhadap proses pemahaman dalam membaca hampir pada setiap jenjang pendidikan pengaruhnya dibuktikan dengan hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hasil tes intelegensia memercayai korelasi positif yang cukup tinggi dengan hasil tes membaca komperhensif.
2.        Faktor Sikap. Sikap sebagai kecenderungan jiwa yang prediktif sifanya dalam mereaks, sesuatu oleh sementara ahli bidang studi membaca telah dikaji pengaruhnya terhadap kemampuan membaca. Sikap positif terhadap bacaan da terhadap belajar membaca diperkirakan sam degnan motor yang mampu menggerakkan jenis-jenis keterampilan membaca bekerja secara lebih baik dan lebih akurat. Pengajran membaca diharapkan bukan saja mempertimbangkan faktor sikap, melainkan juga diharapkan membina sikap siswa dalam membaca.
3.        Faktor Perbedaan Kelamin (Seks). Perbedaan kelamin atau seks, yaitu antara laki-laki dan perempuan, juga telah diteliti secara eksperimental sebagai factor yang berpengaruh dalam belajar membaca. Tokoh yang meneliti : stroud bersama Lindquist (1942), pauley (1951), hughes (1953), Fabian (1955). Hampir dalam penelitian yang dilakukan oleh para tokoh tersebut membuktikan bahwa factor perbedaan ada pengaruhnya terhadap proses belajar membaca dan pengaruh tersebut hanya bekerja pada siswa usia muda saja, pengaruhnya ialah:
a.       Siswa putri lebih unggul dalam belajar membaca daripada siswa putra pada saat mereka kelas 1,2,3.
b.      Diatas kelas 3 kelas permulaan ini ternyata perbedaan kelamin tidak merupakan factor yang berpengaruh lagi.
4.         Faktor Penguasaan Bahasa. Penguasaan bahasa sebagai factor yang berpengaruh dalam proses memahami bacaan telah banyak dibuktikan dengan studi dan penelitian yang menerapkan pendekatan konsep tua dan pendekatan emperikal. Salah satu tokoh yang terkemuka dalam penelitian yang terakhir ialah J.R Bormuth, dalam laporan penelitiannya pada tahun 1969-1970, bormuth menegaskan bahwa ada 3 faktor dalam penguasaan bahasa yang paling besar pengaruhnya dalam proses pemahaman bacaan. Ketiga factor tersebut ialah :
a)      Faktor struktur kalimat
b)      Faktor anaphora
c)      Faktor kekomplekan kalimat yang menyangkut masalah transformasi kalimat.
d)     Faktor Status-Ekonomi-Sosial (SES)
Kedudukan orang tua anak didik di tengah-tengah masyarakat, keadaan ekonomi rumah tangga, dan lingkungan hidup anak didik adalah faktor yang tergolong SES. Faktor ini telah dibuktikan lewat penelitian experimental yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca peserta didik. Penelitian yang dilakukan Hill dan Giametto (1963), Carson dan Rabin (1960), dan Boykin (1955) menemukan bahwa seseorang yang memiliki kondisi SES-nya baik ternyata kemampuan membacanya juga lebih baik daripada seseorang yang memiliki kondisi SES-nya kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian ini berkembang semacam kesepakatan bahwa SES adalah faktor dari luar diri seseorang yang berpengaruh terhadap proses belajar membaca dan juga terhadap kemampuan memahami bacaan. (Farr, Roger, 1969, Reading: What Can Be Measured?, Newark, Delaware: International Reading Association Research Fund).
5.        Faktor Bahan Bacaan. Bahan bacaan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap proses pemahaman bacaan telah banyak dibuktikan dengan penelitian eksperimental. William Eller bersama Judith G. Wolf dkk. sebagai kelompok sarjana mengemukakan bahwa (1). Bahan yang disajikan secara dua arah (twesided presentation) lebih efektif pengaruhnya daripada satu arah (one-sided presentation). (2). Penyajian satu arah lebih efektif daripada yang dua arah sepanjang pembaca menyepakati sejak semula gagasan yang terdapat dalam bacaan. Selain itu dari penelitian Katz dan Lazarsteld (1955) menyimpulkan bahwa makin spesifik sifat sugesti isi bacaan bertautan dengan kepribadian pembaca, makin kuat pula pengaruh sugesti itu.
Mengenai bahasa bacaan, Ruddell (1965) lewat eksperimennya menemukan bahwa bahn bacaan yang struktur kalimatnya sama dengan unsur kalimat bahasa lisan yang dikuasai siswa jauh lebih mudah dipahami daripada sebaliknya. Wilcox (1964) menemukan bahwa siswa remaja lebih mudah memahami bacaan yang dilengkapi denagn skema atau tabel. Dan Space bersama Space (1969) menemukan bahwa bahasa bacaan dari pengarang yang sudah punya nama baik lebih mudah dipahami oleh pembaca yang telah mengenal baik pengarang itu.
Studi tentang keterbacaan (readability) yang menghasilkan bermacam-macam formula keterbacaan seperti yang dikemukakan oleh Dalechall, Lorge, Space, dll. adalah bukti nyata dari peranan pengaruh bahasa bacaan itu. Sejalan dengan tujuan studi ini, secara eksperimental, Tylor (1953,1956) mencobakan penggunaan “cloze procedure” sebagai cara baru untuk menentukan keterbacaan. Dengan “cleze procedure” secara langsung dapat ditentukan apakah sebuah bacaan dapat dipahami dengan baik atau tidak oleh orang yang membacanya. Dengan kata lain dibuktikan pula secara eksperimentatif bahwa bahasa bacaan berpengaru terhadap prose pemahaman bacaan (Sadtono, E., Test Bahasa, Malang : Proyek PMPT-IKIP Malang)
6.        Faktor Guru. Perilaku guru dalam membina anak didik dalam belajar membaca ternyat berpengaruh besar dalam perilaku membaca sswa. Termasuk dalam perilaku mengajar positif antara lain, (1)memahamai sudut pandang siswa, (2) memvariasikan situasi yang memotivasi siswa beljara, (3) mengajukan pertanyaan yang efektif kepada siswa, (4) menaajamkan pemahaman sisswa, dan (5) mencobakan gagasan baru dalam pelaksaan pengajaran membaca. Sementara jenis-jenis pengetahuan guru yang terbukti sifnifikan menurut hsil penelitian Goodson (1965), antara lain (1) pengetahuan tentang penguasaan kosakata, (2) pengetahuan tentang mekanisme membaca, (3) pengetahuan tentang selera baca siswa, (4) pengetahuan tentang membaca kritis, dan (5) pengetahuan tentang pemahama literal dan interpretatif.
Berdasarkan keseluruhan uraian di muka serta sejumlah hasil penelitian yang telah disajikan, dapat dirangkumkan sebuah kerangka teori membaca dengna pkok pikiran sebagai berikut.
a)        Membaca adalah proses yag sangat rumit dan unik pula sifatnya. Rumit karena banyak faktor yang yang bekerja dalam proses membaca serta unik karena relatif berbedanya proses membaca itu berlangsung ada setiap pembaca.
b)        Proses membaca berlangsung sebagai bentuk respon pembaca terhadap tuturan tertulis yang mestimulasinya.
c)        Bacaan sebagai stimulant, dalam wajh permukaanya berua paparean bahasa tulis yang terususn dari material bahasa, tertata dalam tatatuturan tertentu dan tertulis menurut tata penulisan yang berlaku.
d)       Respon aktif pembaca yang berupa proses membaca mencakup berbagai kegiatan mental yang secara keseluruhannya meeruakan kegiatan mengolah bacaan itu.
e)        Kelancaran dan keberhasilan pembaca dalam membaca dipengaruhi beberapa faktor baik dari dalam diri pembaca sendiri maupun berasal dari luar.

MASALAH PENGAJARAN MEMBACA DAN PEMBINAANYA

1.        HAKEKAT, KEDUDUKAN DAN FUNGSI PENGAJARAN MEMBACA
Pengajaran membaca pada hakekatnya adalah perangkat usaha formal–konvensional yang dilakukan secara sadar berencana untuk membina siswa dalam membaca. Rumusan ini menggambarkan banyak hal. Pertama, pengajaran membaca mencakup berbagai usaha yang saling bertaut satu dan lainnya. Kedua pengajaran membaca merupakan usaha formal yaitu usaha resmi yang melembaga sifatnya dalam bidang pendidika. Selain formal, pengajaran membaca juga merupaka usaha yang konvensional yaitu usaha yang selama ini biasa serta umum ditempuh dalam bidang pendidikan. Lawannya adalah usaha informal dan inkonvensional. Ketiga, pengajaran membaca dilakukan secara sadar dalam arti ada tujuan yang dicapai.
Kedudukan pengajaran membaca dalam pendidikan di satu pihak sebagai integral, yaitu bagian tak dapat dipisahkan dari keutuhan pendidikan. Dipihak lain pengajaran membaca berkedudukan sebagai alat dan media fungsional. Yaitu alat dan media yang memunyai tersendiri dalam keseluruahn kegiatan pendidikan. Kedudukan pengajaran membaca diliahat dalam konteks pengajaran bahasa.
Sejalan dengan kedudukannya, maka fungsi pengajaran membaca di satu pihak menjaga keutuhan, kehadiran pendidikan dan pengajaran bahasa khususnya. Fungsi ini sering pula disebut fungsi edukatif. Fungsi yang lain adalah fungsi tambahan dan pelengkap berupa fungsi sosial dan fungsi instrumental. Fungsi sosial, ikut mempertahanka kehadiran membaca dalam kehidupan manusia. Fungsi instrumental pengajaran membaca dapat diamati pada pemanfaatan pengajaran membaca sebagai ajang penerapan hasil penelitian.

2.        TUGAS DAN TUJUAN UMUM PENGAJARAN MEMBACA
Tugas pokok pengajaran membaca ialah membina siswa dalam bidang membaca. Membina siswa agar memiliki kemampuan yang dalam membaca. Yaitu memberikan respon yang tepat terhadap bacaan. Termasuk (1) memberikan respon komunikatif terhadap kalimat yang diamati (2) memberikan respon interpretatif terhadap hal-hal yang tersimpan dibalik permukaan bacaan, (3) memberikan respon evaluative-imajinatif terhadap keselurahan bacaan, yaitu kemampuan menilai, kesahihan, kebenaran dan kebergunaan bacaan.
Bagian kedua dari tugas pokok pengajaran membaca ialah membina pengetahuan siswa tentang membaca yaitu meliputi (1) tentang dan fungsi membaca, (2) tentang cara membaca untuk suatu tujuan. Bagian ketiga, membina siswa agar mereka memiliki sikap positif terhadap belajar membaca di satu pihak dan di pihak lain.
Tujuan tamabahan ialah berpartisipasi dalam usaha memasyarakatkan dan mem-budayakan membaca serta memanfaatkan dan merangsang studi dan penelitian membaca.

3.        MACAM-MACAM PENGAJARAN MEMBACA.
Yang selama ini dikembangkan di Indonesia ialah:
a)      Pengajaran membaca permulaan. Disajikan kepada siswa SD yang bertujuan membinaka dasar mekanisme membaca.
b)      Pengajaran membaca nyaring. Misalnya membaca suatu kutipan.
c)      Pengajaran membaca dalam hati. Membina siswa agar mampu membaca tanpa suara dan mampu memahami isi bacaan.
d)     Pengajaran membaca pemahaman. Dalam praktiknya sama dengan membaca dalam hati.
e)      Pengajaran membaca bahasa. Merupakan alat dari pengajaran bahasa. Khusus memahami bahasa.
f)       Membaca pustaka. Membaca yang berkaitan dengan tentang yang dicari, dengan kata lain mencari dasar.
g)      Pengajaran membaca teknik. Memusatkan perhatian siswa untuk menguasai teknik membaca yang dipandang patut.
h)      Membaca kreatif. Bisa menghasilkan karya ilmiah setelah membaca suatu buku.
Berdasarkan tujuannya pengajaran membaca dibedakan menjadi tiga yaitu;
Pertama, pengajaran membaca pengembangan, kemampuan menguasai mekanisme membaca dan kemampuan memahami bacaan secara komperhensif. Yang kedua, pengajaran membaca fungsional, yang bertujuan membina kemampuan siswa menggunakan membaca sebagai alat belajar dalam arti kata yang seluas-luasnya. Ketiga, pengajaran membaca rekreasional, bertujuan membina minat baca siswa, selera bacaannya dan daya apresiasinya.

4.        PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN MEMBACA
Dalam membina pelaksanaan pengajaran membaca di lembaga pendidikan, ada sejumlah prinsip pengajaran membaca yang dapat dipedomani oleh para guru. Beberapa prinsip pengajaran membaca yang patut diketahui oleh pata guru:
Ø  Belajat membaca ialah suatu proses yang sangat rumit dan sangat peka sifatnya terhadap berbagai pengaruh dari luar yang menekan.
Ø  Belajar membaca pada hakekatnya adalah proses belajar yang bersifa perseorangan.
Ø  Pengajaran membaca yang baik adalah pengajaran membaca yang memanfaatkan dengan tepat hasil diagnosis kesulitan belajar.
Ø  Belajar membaca hanya mungkin berlangsung lancar dan berhasil baik jika bahan pelajaran yang disajikan sesuai.
Ø  Membaca pada hakekatnya adalah proses memahami dan memberi makna kepada tuturan tertulis yang dibaca.
Ø  Dalam pengajaran membaca tidak satupun cara yang super sifatnya.
Ø  Konsep kesiapan membaca tidak hanya berlaku pada pengajaran membaca permulaan.
Ø  Pengajaran membaca harus membina siswa mengusai kunci-kunci membaca.

5.        PEMBINAAN PENGAJARAN MEMBACA
Pengajaran membaca yang selama ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan Indonesia pada dasarnya ialah pelajaran membaca tradisional, sebagai salah satu sistem pengajaran membaca pengajaran membaca tradisional banyak kelemahan dan kekuranganya. Beberapa diantaranya ialah:
·         Pengertian membaca yang diikuti dalam pengajaran membaca tradisional adalah pengertian yang sempit, yang mengandung arti membaca ialah proses menangkap makna dari bahan baacaan.
·         Pemusatan pengajaran membaca tradisional ialah membina siswa belajar agar mereka dapat membaca, bukan untuk mendapatkan suatu pengetahuan dari proses membaca.
·         Pengajaran membaca ini biasanya memandang anak didik dalam kondisi yang sama, padahal terdapat perbedaan signifikan antara anak yang satu dengan anak yang lain, baik dari segi fisik maupun psikis.
·         Pengajaran membaca ini cenderung sebagai pengajaran yang berdiri sendiri, diisolasi ( tidak terpengaruh) dari jenis-jenis membaca lainya.
·         Para pendidik yang menerapkan pengajaran membaca tradisional pada umumnya kurang memiliki pengetahuan serta wawasan yang luas tentang masalah membaca dan pengajaranya.
Dalam pengajaran membaca tradisional dengan pelbagai kelemahanya dan kekuranganya mempunyani banyak tantangan untuk mempertahankanya, yaitu:
v  Kemampuan membaca yang dibutuhkan masyarakat modern ( komprehensif), yaitu membaca dengan kemampuan yang baik, dapat memahami, menilai, manfaatkan, dan memecahkan masalah dalam kehidupan, setelah adanya proses membaca.
v  Perkembangan ilmu pengetahuan dak teknologi
v  Kemajuan membaca dan pengajaranya
v  Tuntutan pendidikan modern
v  Ledakan populasi siswa
Untuk menghadapi kelima tantangan di atas, pembinaan yang patut dilakukan ialah pembinaan yang berfungsi ganda yaitu menghilangkan kelemahan-kelemahan pengajaran membaca tradisional disatu pihak dan secara langsung atau tidak dapat memberikan solusi tentang masalah yang dihadapi dalam pengajaran membaca.





DEFINISI MEMBACA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: pembaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, baik dengan melisankan (meng-ucapkan) maupun hanya dalam hati.
Berdasarkan defi
nisi di atas, kita dapat me­ngatakan bahwa membaca merupakan suatu proses perubahan bentuk lambang (tulisan) menjadi wujud makna.
Membaca merupakan kegiatan yang tersusun dari 4 komponen: strategi, kelancaran, pembaca, dan teks. Strategi adalah kemampuan pembaca menggunakan beragam strategi untuk mencapai tujuan dalam membaca. Kelancaran ialah kemampuan membaca dengan kecepatan tertentu dengan pemahaman yang cukup. Gabungan dari teks, strategi, kelancaran, dan pembaca ini yang disebut membaca (Anderson, 2003:68). Pemahaman dalam hal ini merupakan tujuan dari membaca.
Ada dua aspek dalam pengajaran membaca. Aspek pertama, merujuk pada pengajaran membaca untuk pertama kali. Kedua, mengajar membaca bagi mereka yang telah memiliki keterampilan membaca dalam bahasa pertamanya (L1). Karena itu, menurut Anderson, kalau sudah dapat membaca dalam satu bahasa maka tidak perlu belajar baca dalam bahasa asing lainnya (L2), tetapi hanya perlu mentransfer keterampilan untuk membaca konteks baru dalam bahasa lain (tapi kita akan melihat kendala dari pernyataan ini. Baca sub Kendala Membaca: Tantangan Solusi)
Proses Baca
Ada tiga model kategori dalam proses membaca: 1) model bawah-atas (buttom-up model), 2) model atas-bawah (up-down model), dan 3) model interaktif (interactive model). Model bawah-atas, biasanya terdiri atas proses-proses baca pada level terendah. Dalam hal ini siswa membaca mulai dengan dasar pengenalan tulisan dan bunyi yang kemudian merekognisi morfem, kata, identifikasi struktur gramatikal, kalimat, lalu teks.

Tujuan Umum Membaca
Tujuan membaca, secara umum, adalah mengerti dan memahami makna atau arti yang terkandung dalam bacaan tersebut. Dengan mengerti dan memahami makna yang terkandung dalam bacaan tersebut, maka dapat menambah pengetahuan si pembaca tentang masalah yang tertuang di dalamnya.
Membaca sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membaca kita dapat memper­oleh berbagai pengetahuan. Banyak pengetahuan yang ditulis atau dituangkan dalam bentuk tulisan, baik dalam buku-buku, surat kabar, majalah, ataupun dalam media tulis lainnya.

MEMBACA,
Baca – Kegiatan membaca bersama antara anak dan orang tua berpengaruh terhadap sikap dan minat membaca anak. Melalui program membaca bersama antara orang tua dan anak, anak-anak jadi suka mengisi waktu luangnya dengan aktivitas membaca, mereka suka membaca bersama orang dewasa yang lain, suka membaca majalah dan buku-buku yang ada di rumah dan di perpustakaan sekolah. Buku-buku dan perlengkapan membaca merupakan dukungan instrumental untuk mendidik anak, program pelatihan untuk orang tua agar terlibat secara efektif dalam program membaca keluarga merupakan dukungan informatif yang sangat berguna bagi orang tua untuk memberikan dukungan penghargaan dan emosi kepada anak saat mereka membaca bersama.
Banyak cara yang ditempuh agar seseorang memperoleh pengetahuan. Salah satunya yang paling sering dilakukan adalah melalui membaca. Ini tampaknya lebih menekankan pengertian membaca sebagai kegiatan seseorang untuk memperoleh pengetahuan melalui sumber-sumber tekstual, seperti buku, artikel, koran dan sebagainya, dengan menggunakan mata atau pandangan sebagai alat utamanya. Jika diperluas lagi, pengertian membaca di sini sebenarnya tidak hanya persepsi visual terhadap bentuk rangkaian kata-kata (verbal) tetapi juga dapat berbentuk simbol-simbol lainnya, seperti angka, gambar, diagram, tabel yang di dalamnya memiliki arti dan maksud tertentu.
Yang dimaksud membaca ialah menangkap pikiran dan perasaan orang lain dengan perantaraan tulisan (gambar dari bahasa yang dilisankan). Tujuannya ialah menangkap bahasa yang tertulis dengan tepat dan teratur.
Melalui aktivitas membaca, seseorang dapat mengenal suatu objek, ide prosedur konsep, definisi, nama, peristiwa, rumus, teori, atau kesimpulan. Bahkan lebih dari itu, melalui aktivitas membaca seseorang dapat mencapai kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti menjelaskan, menganalisis, hingga mengevaluasi suatu objek atau kejadian tertentu.
Minat baca berbanding lurus dengan kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang besar minat bacanya pastilah bangsa yang maju. Mereka akan membaca dalam setiap kesempatan contohnya terlihat tidak hanya dalam perpustakaan umum dan pribadi tetapi juga di stasiun, di kereta,dan dalam perjalanan pun mereka membaca.
Membaca adalah kunci ke gudang ilmu. Ilmu yang tersimpan dalam buku harus digali dan dicari melalui kegiatan membaca. Keterampilan membaca menentukan hasil penggalian ilmu itu. Karena itu dapat dikatakan keterampilan membaca sangat diperlukan dalam dunia modern.
Sedangkan makna dari membaca adalah menduga, memperhitungkan, dan memahami. Berdasarkan arti membaca tersebut, pengertian membaca mencakup dua hal. Pengertian yang pertama yaitu membaca teks-teks yang terurai dari huruf demi huruf kemudian membentuk kata lalu terangkai dalam kalimat dan padu dalam paragraf. Pengertian yang kedua yaitu membaca fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta. Membaca sesuai pengertian ini misalnya memikirkan bagaimana terjadinya siang dan malam, peredaran planet mengelilingi matahari, dan penciptaan mahkluk.
Terdapat beberapa alasan mengapa kita harus senantiasa membaca. Pertama, membaca sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan. Kedua, membaca merupakan sarana pergaulan. Ketiga, membaca merupakan salah satu sarana hiburan. Keempat, membaca dapat mendatangkan rezeki. Kelima, membaca dapat menjadi sarana mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa. Keenam, membaca sebagai sarana koreksi diri.
Membaca adalah aktivitas memahami, menafsirkan, mengingat, lalu yang terakhir adalah menuliskannya kembali berdasarkan analisis fikiran kita sendiri.
Menurut Pawit M. Yusuf dalam kegiatan seminarnya tentang Indeks Baca di Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran, membaca adalah berfikir. Tidak ada manusia yang hidup tanpa berfikir, karena sebagai mahkluk sosial ia selalu menghadapi berbagai masalah yang perlu dipecahkan.
Apa yang diketahui orang melalui kegiatan membaca pada hakikatnya adalah informasi. Artinya dengan membaca ia mendapatkan sejumlah informasi yang dalam keadaan tertentu bisa mempengaruhi sikap dan pandangan-pandangannya tentang perilaku kehidupannya. Sikap bisa berubah karena adanya terpaan informasi, kata Krech, dkk, (1968). Demikian pula kata Dwyer (1978) bahwa perilaku manusia bisa berubah karena membaca, meskipun membaca sebenarnya bukan satu-satunya faktor yang turut mempengaruhi sikap seseorang.
Melalui membaca orang bisa menjelajahi batas-batas ruang dan waktu. Peristiwa-peristiwa yang jauh terjadinya di masa lampau bisa diketahui melalui membaca. Demikian pula pristiwa yang terjadi di berbagai tempat di dunia ini bisa diketahui melalui membaca. Dengan demikian yang namanya membaca mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Adalah hal keliru jika memandang aktifitas membaca seolah-olah hanya “milik orang-orang sekolahan”, sehingga orang-orang yang tidak bersekolah dianggap tidak perlu lagi melakukan aktifitas membaca. Membaca pada dasarnya milik semua orang dan siapapun dapat melakukannya. Demikian juga dengan bahan yang dibacanya, tidak hanya berhubungan dengan hal-hal yang “serba serius”, dalam arti memerlukan proses kognisi tingkat tinggi, tetapi juga dapat berupa hal-hal yang ringan dan sederhana untuk sekedar memenuhi rasa ingin tahu seseorang, misalnya untuk memperoleh informasi tentang hasil pertandingan sepak bola, atau peristiwa-peristiwa lainnya yang terjadi pada suatu saat tertentu.
Di dalam buku Menjadi Guru Merdeka terjemahan dari A Pedagogy For Liberation Dialogues On Transforming Education, karangan Ira Shor dan Paulo Freire, makna membaca menurut Paulo Freire bukan sekedar berjalan atau melayang di atas lintasan kata-kata. Membaca adalah menuliskan kembali apa yang dibaca. Membaca adalah menemukan hubungan antara teks dan konteks dari teks bersangkutan, dan bagaimana menghubungkan antara teks atau konteks dengan konteks pembacanya.
Di Amerika pada masa lampau, kecepatan membaca perlu diukur, bahkan sampai dibuatkan rumus segala. Membaca seolah suatu kegiatan yang perlu kecepatan, seperti seorang berlari menuju finish. Namun dalam perkembangan selanjutnya, ternyata kecepatan membaca itu tidak harus selalu sama, tetapi fleksibel. Adakalanya kita harus cepat, adakalanya perlu memperlambat atau bahkan berhenti sebentar, lalu cepat lagi.
Kecepatan membaca sebenarnya tergantung pada tujuan membaca. Sutrisno menyatakan bahwa ada kebiasaan yang kurang baik yang sering dilakukan sampai dewasa ketika membaca yaitu:
a.       Vokalisasi. Membaca dengan bersuara sangat memperlambat membaca karena mengucapkan kata demi kata dengan lengkap.
b.      Gerakan Bibir. Menggerakkan bibir sewaktu membaca, sekalipun tidak mengeluarkan suara, sama lambatnya dengan membaca bersama. Kecepatan membaca bersuara ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari kecepatan membaca diam.
c.       Menunjuk dengan Jari. Untuk menunjuk agar tidak ada kata-kata yang terlewati maka kita melakukan dengan bantuan jari atau pensil menunjuk kata demi kata. Cara tersebut sebenarnya harus kita tinggalkan karena tidak memberi kepercayaan kepada mata dan otak.
d.      Regresi atau Mengulang. Kebiasaan selalu kembali ke belakang untuk melihat kata yang baru dibaca itu menghambat serius dalam membaca.
e.       Gerakan Kepala. Semasa anak-anak penglihatan kita memang masih sulit menguasai seluruh penampang bacaan, akibatnya kita menggerakkan kepala dari kiri ke kanan untuk dapat membaca baris-baris bacaan secara lengkap. Setelah dewasa, penglihatan kita telah mampu secara optimal sehingga cukup mata saja yang bergerak.
Ada dua kelompok besar faktor yang mempengaruhi minat membaca anak, yaitu faktor personal dan faktor institusional. Faktor personal adalah yang ada dalam diri anak, yaitu meliputi usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan membaca, sikap dan kebutuhan psikologis. Sedangkan faktor institusional adalah faktor-faktor diluar diri anak, yaitu meliputi ketersediaan jumlah buku-buku bacaan dan jenis-jenis bukunya, status sosial ekonomi orang tua dan latar belakang etnis, kemudian pengaruh orang tua, guru dan teman sebaya anak.
Ada banyak kiat yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat baca siswa, antara lain:
a.       Memperkenalkan buku-buku. Cara ini dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran maupun guru perpustakaan. Buku yang diperkenalkan dapat berupa fiksi dan nonfiksi.
b.      Memperkenalkan hasil karya sastrawan. Sastrawan tenar di Indonesia banyak sekali, misalnya, Umar Kayam, Y.B. Mangun Wijaya, Rendra, Taufik Ismail dan lain-lain.
c.       Pameran buku, biasanya dapat dilaksanakan dengan bekerja sama antara toko buku atau penerbit.
d.      Majalah dinding hingga dewasa ini masih merupakan media sederhana untuk berekspresi, berkreasi, dan bereksplorasi. Majalah dinding dapat menjadi media kelas dan sekolah.



PENGERTIAN DAN TUJUAN MEMBACA PERMULAAN
Posted by Iyandri tiluk wahyono at 1:38 AM Tuesday, August 2, 2011

1.      Pengertian membaca permulaan
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
Empat aspek keterampilan berbahasa dalam dua kelompok kemampuan (Muchlisoh, 1992: 119):
a.       Keterampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi ketrampilan membaca dan menyimak.
b.      Keterampilan yang bersifat mengungkap (produktif) yang meliputi ketrampilan menulis dan berbicara.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis, baik dalam situasi resmi non resmi, kepada siapa, kapan, dimana, untuk tujuan apa. bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat (Nuryati, 2007).

2.        Tujuan membaca permulaan
Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Tujuan membaca permulaan juga dijelaskan dalam (Depdikbud, 1994:4) yaitu agar “Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat“.
Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I Sekolah Dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat. Pembelajaran membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran.




Semasa seorang anak memasuki bangku pendidikan formal, hal pertama yang diajarkan oleh guru adalah pelajaran baca tulis. Hal tersebut tentunya sangat penting sebagai suatu landasan perpijak, modal awal sekaligus titik awal untuk pembelajaran selanjutnya. Sudahkah ketrampilan baca tulis yang seakan sederhana dan mudah kita lakukan tersebut kita pahami maknanya secara mendalam? Apakah arti dari membaca? Apakah makna dari menulis?
Risalah kenabian berupa wahyu Al Qur’an yang diberikan pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW adalah iqro’, bacalah! Kenapa kita diperintahkan terlebih dahulu untuk membaca? Bukannya menulis? Hal tersebut tentunya bukan tanpa alasan dan sebenarnya urutan tersebut sangat terkait dengan struktur sembilan puluh sembilan nama Allah dalam Al Asmul Husna. Bagaimana maksudnya?
Adz Zohiir dan Al Bathien adalah sebagian dari asma Allah. Kata lahir lebih dahulu hadir sebelum batin. Jadi sebenarnya manusia diperintahkan untuk “melihat” yang lahir guna kemudian disimpan dalam dunia batin kita, itulah arti membaca.
Menurut Damarjati Supadjar, “membaca adalah suatu aktivitas membatin suatu hal yang lahir”, tentunya dalam pengertian luas. Maksud dari lahir disini adalah benda dalam artian fisik, kongkrit maupun abstrak yang dapat diindera oleh panca indra manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Langsung dalam pengertian melalui penglihatan, perabaan, penciuman, pengecapan, maupun pendengaran. Sedangkan tidak langsung dapat diartikan melalui ciri-ciri suatu benda atau keadaaan, ataupun dengan peralatan bantu tertentu.
Contoh yang paling sederhana adalah membaca tulisan. Tulisan adalah suatu bentuk fisik kongkrit yang melalui indra penglihatan, atau bisa juga melalui perabaan bagi saudara kita yang tuna netra, kita jadikan sebagai input untuk diolah oleh otak berdasarkan referensi pengetahuan yang pernah diajarkan(pelajaran mengenai abjad) untuk kemudian disimpan dalam memori. Dari memori tersebut kemudian tersusunlah kata dan kalimat yang dapat kita keluarkan melalui ucapan, atau bisa jadi kita hentikan sampai tahapan penyimpanan makna dalam memori jika kita membaca secara batin.
Dari contoh sederhana tersebut kemudian dapat ditarik makna yang lebih luas menyangkut obyek baca tidak hanya lagi berujud tulisan. Kita bisa membaca warna sebagai merah, hitam, putih, biru dan sebagainya. Kita bisa membaca gambar, lukisan, gunung, air, batu, laut, langit dan masih banyak benda yang lain.
Kita juga bisa membaca suasana sebagai panas, dingin, senang, susah, menakutkan. Suhu dapat kita baca secara tidak langsung dengan bantuan alat termometer, kelembaban udara dibantu dengan higrometer maupun barometer. Curah hujan dapat diukur dengan regenmeter, massa dapat ditimbang, radiasi dapat diketahui dengan surveymeter, dan masih banyak contoh lain.
Pertanyaan berlanjut, apa yang mesti dibaca manusia? Yang harus dibaca manusia adalah ilmu Allah. Menurut para ahli tafsir, ilmu Allah dibagi menjadi dua yaitu ilmu Allah yang terucap atau kalam, serta ilmu Allah yang tercipta atau disebut alam. Dengan demikian untuk kemaslahatan hidup manusia dalam mengemban tugas memakmurkan bumi, manusia diharuskan membaca, dalam arti mengaji, mengkaji, meneliti, menelaah dan berpikir mengenai kalam dan alam. Hanya dengan penguasaan ilmu kalam dan alamlah manusia dapat menciptakan pengetahuan dan teknologi untuk kesejahtearaan hidupnya.
Dalam rangka mengemban titah Tuhan yang telah tersurat dalam kitab sucinya, maka sekumpulan pemuda di lereng Gunung Sumbing tepatnya di Dusun Ngampon, Desa Ketangi, Kecamatan Kaliangkrik dengan berkolaborasi dengan rekan-rekan PMII dan PATTIRO Magelang serta dukungan Komunitas Pendekar Tidar bercita-cita merintis sebuah perpustakaan warga. Dilatarbelakangi keprihatinan masih rendahnya kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anaknya, maka jalur pendidikan informal melalau perpustakaan nampaknya menjadi pilihan yang strategis.
Kurangnya kesadaran akan pentingnya harkat pendidikan, ditambah keterbatasan ekonomi serta informasi nampaknya merupakan satu kombinasi yang sangat akut bagi pemberdayaan masyarakat setempat. Dalam keadaaan yang demikian, nampaknya buku bisa menjadi alternatif untuk membedah wawasan warga. Dengan demikian yang perlu ditekankan adalah pengadaan buku untuk “memenuhi kebutuhan warga”. Buku tentang pertanian, perkebunan, peternakan sangat diperlukan untuk menunjang pekerjaan warga dewasa.
Adapun bagi anak-anak dan usia remaja, seperti buku tentang pelajaran sekolah, pembelajaran agama dan bahasa, dongeng nasehat akan sangat membantu kebutuhan mereka. Dari keterpenuhan kebutuhan warga tersebut diharapkan nantinya membaca bisa tertanam lebih lanjut menjadi suatu budaya positif. Membaca adalah jendela dunia ilmu pengetahuan. Marilah kita dukung bersama cita-cita saudara kita tersebut.

 

PENGERTIAN MEMBACA

Posted on by pencilbooks
Klein, dkk. (dalam Farida Rahim, 2005: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Ketiga, membaca merupakan interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.